Sebelum kita lebih jauh memahami apa-apa saja yang harus dilakukan ketika Sprint planning, sobat jagoan mengenal terlebih dahulu sprint planning itu apa. Secara harfiah planning berarti “merencanakan”. Yap, merencanakan dan harung mengetahui pengertian sprint.
Sprint planning merupakan rapat yang membahas tentang pekerjaan – pekerjaan yang akan dilakukan selama sprint. Seberapa lama dan sampai mana product yang kita kembangkan selama sprint itu berlangsung dibahas di dalam sprint planning. Sprint tanpa perencanaan seperti kamu lari marathon tapi tanpa garis finish, tidak tahu kapan dan dimana harus berhenti.
Sprint planning, dibatasi maksimum delapan jam untuk jangka waktu sprint yang panjang, atau berdurasi satu bulan. Sprint harus dihadiri oleh seluruh anggota tim scrum dan bersifat kolaboratif.
Pada meeting ini, Scrum master bertugas untuk memastikan seluruh anggota tim hadir, dan memahami tujuannya. Tujuan diadakannya sprint planning, untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
- a) Apa Goal dari Sprint
- b) Apa yang dapat disajikan dari hasil sprint yang sudah berjalan
- c) Apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai goal dari sprint
Secara detail topik-topik apa saja yang harus dibahas di dalam sprint? Berikut paparannya:
Topik Pertama (Apa yang dapat dilakukan dalam Sprint ini?)
Ketika topik ini dibahas, Product owner menjabarkan obyektif dari produk yang akan dikembangkan. Tim pengembang memperkirakan fungsionalitas pekerjaan yang akan dilakukan selama sprint dan menghasilkan product backlog yang akan dikerjakan. Product owner memberikan gambaran item product backlog mana yang bila dikerjakan akan mencapai goal.
Jumlah item product backlog yang akan dikerjakan selama sprint sepenuhnya dipilih oleh tim pengembang. Hanya tim pengembang yang dapat menilai seberapa banyak item yang dapat diselesaikan dalam sprint ini.
Setelah tim pengembang memperkirakan jumlah item product backlog yang akan dilakasanakan dalam sprint ini, seluruh tim scrum mulai membuat sprint Goal.
Sprint goal dapat menciptakan suatu keselarasan diantara tim pengembang dan product owner, yang mungkin tidak akan terjadi apabila masing-masing anggota tim memiliki inisiatif sendiri-sendiri tanpa ada tujuan yang sama.
Topik Kedua (Bagaimana Pekerjaan yang telah dipilih dapat diselesaikan)
Setelah topik pertama selesai, dan semua item product backlog dan sprint goal tersusun, tim pengembang mulai memikirkan bagaimana caranya mengembangkan fungsionalitas ini agar bisa dilabeli sebagai pekerjaan yang “selesai”.
Tim pengembang biasanya memulai dengan merancang sistem dan pekerjaan yang perlu dilakukan. Pekerjaan yang dirancang mungkin akan memiliki estimasi dan bobot yang berbeda-beda.
Tim pengembang mengatur dirinya sendiri untuk mengambil pekerjaan di dalam Sprint Backlog dan anggota tim pengembang bebas memilih pekerjaan yang akan diambilnya dengan memperhitungkan kapasitas dirinya sendiri.
Pada saat tim pengembang membuat perencanaan, rencana tersebut selalu mengacu pada sprint goal. Ketika sprint berjalan dan ternyata ditemukan bahwa pekerjaan yang dikerjakan berbeda dengan pekerjaan yang dirancang, tim pengembang akan berkolaborasi dengan product owner untuk menentukan cara terbaik merevisi perencanaan dengan tetap mengacu pada sprint goal.
Dengan adanya Sprint planning merupakan rapat yang membahas tentang pekerjaan – pekerjaan yang akan dilakukan selama sprint. Seberapa lama dan sampai mana product yang kita kembangkan selama sprint itu berlangsung dibahas di dalam sprint planning. Sprint tanpa perencanaan seperti kamu lari marathon tapi tanpa garis finish, tidak tahu kapan dan dimana harus berhenti.
Di akhir sprint planning, tim pengembang sudah harus dapat menjelaskan bagaimana cara mereka untuk bekerja sama sebagai tim yang mengatur dirinya sendiri untuk mencapai Sprint Goal.